Ekonomi

Faktor Ekonomi Domestik yang Mempengaruhi Pergerakan IHSG

Melemahnya kepercayaan konsumen dan stagnasi konsumsi domestik sedang membentuk ulang trajektori IDX, mengajukan pertanyaan tentang masa depan vitalitas ekonomi. Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Saat kita menganalisis interaksi antara faktor ekonomi domestik dan pergerakan indeks pasar saham Indonesia (IHSG), jelas bahwa tren terkini mencerminkan tantangan yang signifikan. Lanskap makroekonomi menunjukkan tingkat pertumbuhan PDB hanya 5,03% untuk tahun 2024, sedikit turun dari kinerja tahun sebelumnya. Stagnasi ini menandakan kelemahan yang mendasari dalam pengeluaran konsumen, yang memiliki dampak langsung terhadap vitalitas pasar saham.

Kita telah menyaksikan bahwa tingginya suku bunga bersamaan dengan melemahnya daya beli membebani sektor perbankan kita, memicu penjualan besar-besaran saham perbankan utama. Pada tanggal 6 Februari 2025, investor asing mencatat penjualan bersih sebesar Rp 490 miliar, menunjukkan kurangnya kepercayaan terhadap arah ekonomi kita. Lingkungan ketidakpastian ini mengarah ke menurunnya kepercayaan konsumen, yang pada gilirannya menghambat pengeluaran.

Sebuah laporan terbaru menyoroti stagnasi konsumsi domestik, dengan pertumbuhan Q4 2024 hanya 0,53% dibandingkan dengan 1,50% pada kuartal sebelumnya. Stagnasi ini tidak hanya berdampak pada mata pencaharian individu tetapi juga beresonansi melalui pasar saham, mempengaruhi kinerja IHSG secara keseluruhan.

Inflasi inti adalah faktor kritis lain yang harus kita pertimbangkan. Dipengaruhi oleh harga emas yang naik dan indeks penjualan ritel yang menurun sejak Agustus 2024, tekanan inflasi telah lebih lanjut mengikis kepercayaan konsumen. Ketika konsumen merasa tidak yakin tentang stabilitas keuangan mereka, mereka cenderung mengurangi pengeluaran, yang pada akhirnya mengarah pada penurunan aktivitas ekonomi.

Seiring menurunnya pengeluaran konsumen, permintaan terhadap barang dan jasa anjlok, menciptakan efek domino yang berdampak negatif terhadap IHSG. Selain itu, kita tidak dapat mengabaikan dampak dari kinerja ekspor yang lemah. Dengan pertumbuhan impor yang melampaui pertumbuhan ekspor—7,95% dibandingkan dengan 6,51% pada tahun 2024—ekonomi kita menghadapi kontribusi negatif dari ekspor.

Tren seperti ini tidak hanya melemahkan neraca perdagangan kita tetapi juga meredam sentimen investor. Ketika investor merasakan bahwa ekspor kita kesulitan, mereka mungkin menjadi ragu untuk berinvestasi, yang lebih lanjut memberikan tekanan turun pada IHSG.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Trending

Exit mobile version